Petani di Bangka Barat Keluhkan Harga Pupuk Naik Hinga 100%

redaksi
39f318e7 32a9 4c61 8d53 854ca5d97df6

HaluaNusantara.com

BANGKA BARAT — Harga berbagai jenis pupuk di Bangka Barat mengalami kenaikan cukup signifikan, bahkan hingga 100 persen. Di Gudang Paulus, Kelurahan Sungai Daeng, Kecamatan Muntok, harga beberapa jenis pupuk sudah mencapai diangka Rp840 ribu per karung.

Dampak tingginya harga pupuk juga dirasakan Allani (54), petani asal Desa Penyampak Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat. Menurut dia, harga pupuk KCL Rusia yang dulunya hanya sekitar Rp500.000 per karung, kini melambung hingga Rp850.000 per karung.

Dikatakan Allani, saat harga sawit masih Rp3.500 perkilogram, ia masih bisa membeli pupuk MOP sampai Rp19 juta. Namun sekarang ini sudah empat bulan tanaman sawitnya yang sedang produksi tidak ia pupuk.

“Sudah hampir jalan empat bulan belum dipupuk karena harga itu lah, saya kan ngambil sama bos itu karena harga sawit 3.500, jadi sekarang ini belum dipupuk yang produksi itu,” ujar Allani melalui sambungan telepon, Rabu (5/10/2022).

“Tapi kalau sawit perkembangan yang remaja itu saya kasih pupuk NPK DGW atau pupuk mutiara, per bungkusnya Rp20.000. Kalau per sak Rp450.000 kalau nggak salah,” sambungnya.

Menurut Allani, tingginya harga pupuk yang diperparah dengan turunnya harga sawit membuat pendapatannya menurun drastis. Bila sebelumnya ia bisa mengantongi kurang lebih 10-12 juta rupiah hasil dari 3 ton sawit, kini dengan harga TBS 1.500-1.600, ia hanya mengntongi kurang lebih 6 jutaan.

“Jadi nggak berimbang dengan harga pupuk yang naik. Tapi kalau harga sawit turun harapan saya pupuk juga turun.
Yang jelas secara ekonomi kalau harga pupuk macam tu, kalah petani. Kendalanya di harga, sekarang harga sawit Rp1.650 perkilogram. Berubah terus kadang-kadang naik kadang turun. Dulu harga paling tingginya Rp3.500 perkilogram. Jauh turunnya 50 persen,” jelas Allani.

sementara itu Sakkian, pemilik Gudang Paulus mengatakan, dirinya menjual pupuk NPK Wayang, NPK Mutiara dan NPK Kebomas serta Urea.

“Kalau Kebomas yang harga 3mg kami jual dengan harga Rp585.000, kalau Urea Rp500.000, kalau Mutiara harganya Rp830.000 dan Wayang Rp840.000,” jelas Sakkian saat ditemui di gudang sembakonya, Rabu (5/10/2022) siang.

Menurut dia, harga pupuk dalam beberapa bulan ini masih naik turun dalam kisaran 5 sampai 10 ribu rupiah. Memang di tahun ini kata Sakkian, kenaikan harga pupuk cukup tinggi bila dibandingkan dengan tahun lalu. Contohnya untuk pupuk tertentu yang dulunya masih di kisaran 400 ribu, kini sudah melambung hingga 800 ribuan.

“Kira-kira naiknya sudah 100 persen lah. Kalau dulu misalnya 400 ribu sekarang sudah 800 ribu, seratus persen jadinya,” jelasnya.

Menurut dia, pupuk yang ia miliki disalurkan kepada para petani yang memesan. Stok di gudangnya pun terbatas, hanya sekitar 2 ton. Bahkan Petani terpaksa mengurangi pemakaian pupuk hingga setengah dari biasanya.

“Yang biasanya beli 2 ton jadi 1 ton, yang biasanya 1 ton jadi setengah ton. Dikuranginya setengah sesuai dengan harganya. Harga tinggi ini kurang lebih sudah setahun belakangan meningkat harganya100 persen,” katanya.

Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan juga jadi membengkak. Dikatakan Sakkian, bila sebelumnya dana yang dikucurkan sebesar Rp20 juta, sekarang ini para petani harus merogoh kocek hingga Rp40 juta untuk sekali pemupukan.

Sakkian yang juga memiliki perkebunan karet ikut merasakan dampak tingginya harga pupuk, apalagi saat ini harga karet dan sawit sedang turun.

“Saya mupuk nggak full lagi, setengahnya saja. Harga karet turun sekarang, sawit turun. Harga sawit saya dengar 1.000-an per kilo kalau nggak salah. Hari nih saya jual karet Rp7.500 sekilo, biasanya Rp10.200 atau Rp10.100, kan turun banyak,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: