Whatsapp image 2025 08 09 at 19.04.07
Whatsapp image 2025 08 09 at 19.04.07
Img 20250817 wa0079
Img 20250817 wa0079
WhatsApp Image 2025-08-09 at 19.04.07
IMG-20250817-WA0079
previous arrow
next arrow

Beritakan Kebun Sawit di Desa Pergam, Wartawan Basel Diserang di Sosial Media

redaksi
Img 20251109 wa0001

HaluaNusantara – Seorang wartawan media online yang bertugas di Toboali mendapat intimidasi setelah mengunggah video lokasi kebun sawit yang tumbuh subur tepat di dekat embung sawah Desa Pergam, Kecamatan Airgegas.

Ancaman ini datang dari akun fake yang mengomentari postingannya dengan kata-kata menyeramkan, bahkan mengarah pada intimidasi psikologis seperti mengarah ke ilmu hitam atau santet. Dalam komentarnya, akun ini menulis kalimat menyeramkan:

“Tandai bro wartawan ni jangan bae gi ke Pergam, bila perlu ajak ngopi dulu sikit, nek ningok agik mujarab dak jampik dukun abok duluk e,” tulisnya.

Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya: “Tandai wartawan ini kalau dia nanti pergi ke Desa Pergam. Kalau perlu ajak dia ngopi dulu, mau lihat masih mujarab gak mantra dukun kakek dulu.”

Komentar tersebut mengandung indikasi intimidasi psikologis dan ancaman santet, karena menyebut kata “mujarab” dan “dukun abok duluk”, ditujukan agar wartawan menjadi takut untuk memberitakan isu konflik tersebut.

Tidak hanya itu, akun fake itu juga mengunggah foto profil wartawan, seolah mempertegas maksud jahatnya.

Meski wartawan mencoba membalas dan mengajak akun itu bertemu sembari “ngopi”, akun fake langsung menghilang tanpa balasan.

Kuat dugaan, akun fake tersebut merupakan bagian dari kelompok Sandi Cs, yang selama ini paling vokal menuding pihak lain merusak kawasan resapan air di Sungai Kemis.

Dugaan ini diperkuat karena kebun sawit yang menjadi sorotan warga diduga milik anggota kelompok Sandi Cs, dan komentar akun fake muncul tak lama setelah video lokasi sawit diunggah wartawan.

Peristiwa ini terjadi di tengah sengitnya konflik agraria di Desa Pergam. Warga menyoroti kebun sawit yang tumbuh tepat di dekat embung penampungan air persawahan, sumber utama pengairan sawah bagi Desa Pergam dan Serdang.

Dalam verifikasi lapangan yang dilakukan Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial (PKS) Bangka Selatan, warga dengan nada keras menuntut pemerintah daerah bertindak tegas.

“Satu lagi, Pak, sawit yang ada di dekat embung itu tolong ditindak. Negara sudah keluar banyak uang bangun embung untuk pengairan sawah. Tapi kalau di sekitar embung masih ada sawit, percuma dibangun Pak. Karena embung itu dibangun untuk pengairan sawah, bukan sawit,” ujar salah seorang warga.

Warga mendesak pemerintah daerah untuk segera menetapkan seluruh kawasan rawa-rawa atau lelap di Desa Pergam, termasuk area di sekitar embung pengairan persawahan, sebagai daerah resapan air yang dilindungi.

“Jangan cuma ribut soal Aik Kemis terus. Di embung itu jelas-jelas ada sawit tumbuh subur, dan jaraknya hanya beberapa meter dari sumber air. Percuma negara keluar uang banyak kalau sawitnya dibiarkan. Jadi kami minta itu segera ditetapkan sebagai daerah kawasan resapan air,” tegas warga.

Ironisnya, kelompok yang paling vokal menuding pihak lain merusak daerah resapan air justru diduga memiliki kebun sawit di area kritis tersebut, menimbulkan dugaan kuat bahwa ancaman akun fake yang mengarah pada santet adalah bagian dari tekanan kelompok yang sama.

Kejadian ancaman terhadap wartawan ini menegaskan betapa panasnya persaingan kepentingan di Desa Pergam, sekaligus menambah panjang daftar risiko yang dihadapi jurnalis di lapangan, terutama ketika mengungkap isu sensitif terkait lingkungan dan konflik agraria.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak-pihak terkait masih dalam upaya konfirmasi.

Tinggalkan Balasan