HaluaNusantara – Pernyataan Suhirman, yang mengaku sebagai Humas PT Vaname Inti Persada (VIP), di salah satu media online menuai sorotan tajam.
Ia menyebut bahwa lokasi tambak udang di kawasan Tanjung Batu Burok, Desa Mengkubang, Kecamatan Damar, Belitung Timur tersebut tidak termasuk dalam kawasan hutan lindung (HL).
Pernyataan tersebut dinilai sebagai bentuk pembodohan publik karena bertolak belakang dengan fakta di lapangan.
Suhirman bukan satu-satunya pihak yang menyuarakan klaim tersebut. Bupati Belitung Timur, Burhanuddin Kamarudin (Afa), juga menyampaikan dukungan terhadap aktivitas tambak udang tersebut.
Dikutip dari media Pos Belitung, Afa menyatakan bahwa Pemkab Belitung Timur ingin menciptakan iklim investasi yang nyaman dan terbuka bagi investor. Bahkan, ia secara terbuka mendukung proyek tambak udang milik PT VIP di lokasi tersebut.
Pernyataan Bupati Afa ini dinilai kontradiktif, karena secara tidak langsung memberikan lampu hijau bagi aktivitas perusahaan di kawasan yang ternyata merupakan hutan lindung. Hal ini dibuktikan dari pengakuan Kepala UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Gunung Duren, Cahyono.
Sebelum terjadi insiden pengeroyokan terhadap tiga wartawan yang tengah melakukan peliputan di lokasi tambak, Cahyono bersama sejumlah wartawan sempat turun langsung ke lapangan.
Dalam pengecekan tersebut, ia memastikan bahwa lokasi yang digarap oleh PT VIP berada di dalam kawasan hutan lindung, berdasarkan koordinat yang dicocokkan dengan peta kehutanan nasional (Peta 6614).
“Posisi kita di hutan lindung (HL),” tegas Cahyono kepada awak media saat melakukan verifikasi lapangan pada Kamis, 17 Juli 2025.
Pernyataan Suhirman dan dukungan Bupati Afa patut dipertanyakan. Investasi PT VIP untuk menjadikan kawasan hutan lindung sebagai tempat penangkaran udang mendapat reaksi keras dari Ketua Ruud’s Network Cyber (RNC) Rudi Syahwani.
Rudi yang juga Pengurus PWI Provinsi Babel ini bahkan menyindir Suhirman selaku Humas PT. Vaname Inti Perkasa, supaya tidak menjadi Humas di belakang meja.
“Suhirman selaku Humas PT. VIP mestinya turun dan cek lokasi. Karena yang namanya Humas itu harus update, dan tidak asal bicara, karena bisa menjadi kebohongan publik, lantaran tidak sesuai fakta. Karena wartawan saya juga mem-validasi data bersama UPT KPHP Gunung Duren bernama Cahyono dan bersama wartawan lainnya. Jadi kita lebih update karena langsung cek koordinat di lapangan,” ujar Rudi Syahwani kepada sejumlah wartawan di Belitung, Senin (21/7/25) siang.
“Saya pun sudah datang ke lokasi, karena kebetulan saya mau melihat TKP di mana wartawan saya mengalami pengeroyokan. Dan saya telusuri termasuk titik di mana wartawan saya, Lendra Agus Setiawan terkonfirmasi secara valid, bahwa titik di mana mereka berdiri, tempat yang sudah di-buldozer oleh PT. VIP itu sudah masuk Hutan Lindung Pantai. Kalau tidak percaya, saya dampingi nanti itu Humas PT. VIP ke lokasi, biar melihat langsung, bahwa perusahaan nya sudah mulai merusak Hutan Lindung Pantai. Dokumentasi kita lengkap kok. Jadi sekali lagi Suhirman jangan jadi Humas di belakang meja saja. Harus update perkembangan,” timpal Rudi ketus.
Dijelaskan oleh Rudi Syahwani bahwa Minggu (20/7/25) kemarin dirinya mendatangi Mapolres Beltim sebagai dukungan moril kepada Lendra Agustian dan apresiasi Polres Beltim atas penanganan tindak kekerasan terhadap crew redaksinya pada Kamis (17/7/25) lalu.
Usai menyempatkan diri melihat para tersangka, Rudi Syahwani bersama belasan wartawan dari Beltim melihat lokasi di mana Lendra Agustian mengalami pengeroyokan oleh preman-preman yang diduga adalah orang suruhan.
“Ada yang menghubungi saya, lalu ada juga yang menghubungi bung Boy, Ketua PWI Babel, termasuk Lendra sendiri. Intinya saya tidak terima atas apa yang dialami wartawan saya, dan saya pastikan proses hukum berjalan hingga tuntas. Sejauh ini saya menegaskan tak ada opsi damai, justru kita malah semakin skeptis, bahwa ada yang tidak beres dengan proyek tambak ini. Karena kalau memang benar dan tidak ada masalah, seharusnya semuanya berjalan normal. Namun atas kejadian ini, kita menduga ada yang tidak beres yang takut terungkap oleh wartawan, akhirnya main kekerasan,” tutup Rudi. (RNC)